EKSPEDISI JALA CITRA II – 2022 “BANDA”
Ekspedisi Jala Citra II “Banda” merupakan ekspedisi kedua yang diselenggarakan oleh TNI AL dalam hal ini Pushidrosal yang fokus pada Perairan Laut Banda. Ekspedisi kedua ini dilaksanakan kembali setelah tahun 2021 dilaksanakan ekspedisi Jala Citra I “Aurora” yang menyoroti Perairan Laut Halmahera.
Latar belakang pemilihan Laut Banda:
- Laut Banda memiliki topografi dasar laut yang unik; memiliki basin laut terdalam di Indonesia yang mengakibatkan durasi upwelling yang lebih lama.
- Terdapat perlintasan Arus Lintas Indonesia (Indonesia Through Flow) sehingga menjadikan Laut Banda kaya akan nutrisi.
- Laut Banda memiliki potensi sumberdaya yang melimpah.
- Laut Banda berada pada jalur cincin api dunia sehingga memiliki potensi bencana geologi (vulkanik maupun tektonik).
- Prioritas pembangunan nasional sesuai dokumen Kebijakan Kelautan Indonesia fokus di wilayah Timur Indonesia dan hal ini selaras dengan pembangunan pertahanan matra laut untuk mewujudkan kesiapan gelar kekuatan matra laut yang salah satunya ditempuh melalui penyediaan informasi dan analisis kelautan.
Tujuan Ekspedisi:
- Isu mitigasi bencana dan perubahan iklim yang berkorelasi dengan laut - Kebijakan Kelautan Indonesia selaras dengan program tujuan pembangunan berkelanjutan PBB.
- Wilayah perairan yang belum dieksplorasi masih luas.
- Semangat kolaborasi riset kelautan menuju kemandirian dan kemajuan riset nasional.
- Mewujudkan peran TNI AL pada riset kelautan dengan memberikan dukungan sarana prasarana yang memadai.
- Optmalisasi fungsi penelitian Pushidrosal untuk mendukung kepentingan umum dan pertahanan sesuai Peraturan Presiden RI nomor 66 tahun 2019.
- Peningkatan kepakaran SDM internal Pushidrosal melalui riset kolaboratif dengan para peneliti dari kementerian, lembaga, perguruan tinggi dan industri yang terlibat.
- Pemanfaatan hasil riset kelautan kolaboratif untuk pertahanan matra laut dan pembangunan nasional.
Fakta-fakta Ekspedisi:
- Menggelar dua kekuatan utama Pushidrosal KRI Rigel dan Unit Survei Pesisir.
- Menempuh rute 7567 mil laut (14,014 km), dibagi menjadi 3 etape, dalam 61.01 hari (1464.25 jam).
- Diikuti oleh 5 kementerian/lembaga, 10 perguruan tinggi , 2 industri.
- 26 proposal.
- 35 peneliti dan teknisi onboard.
- Menghasilkan 21,387 km persegi luas liputan batimetri.
- Menghasilkan 10 publikasi ilmiah.
Bersama .. Menguak laut banda dan perairan banda naira
Memetakan gunung bawah laut
Mempelajari gunung api banda
Mengidentifikasi potensi nutrient dan polutan
Observasi mamalia laut
Mengidentifikasi massa air dan arus
Mengidentifikasi gelombang laut dalam
Video Batimetri GBL
Video Ekspedisi Banda Neira
Video Banda Besar
Internal Solitary Waves (ISW).
Penurunan CTD setiap 2-3 jam ditujukan untuk capture "internal tide" yakni siklus pasut internal dalam periode 24 jam. Data CTD setiap 2-3 jam selama 24 jam diperlukan untuk karakterisasi internal tide, karena sejatinya ISWs ini adalah transformasi/evolusi internal tide ketika merambat menjauhi lokasi pembangkitan internal tide tersebut.
Singlebeam echosounder (SBES) Kongsberg EA600 dengan frekuensi 50kHz; pingrate 20 Hz digunakan untuk menangkap gambaran ISW sedangkan CTD profiler Valeport Midas +606 CTD digunakan untuk mengetahui stratifikasi suhu salinitas sound speed presure kondutivitas dan densitas di kolom perairan dari KRI Rigel 933.
Sebaran Temuan Internal Solitary Waves (ISW). ISW yang terdeteksi tanggal 14 dan 15 Juli 2022 berjarak kisaran 200 km dari Selat Ombai yang merupakan lokasi awal pembangkit ISW. Gelombang internal dengan frekuensi tinggi – amplitudo rendah juga ditemukan di beberapa lokasi lain selama Ekspedisi, seperti di Perairan Buru dan Dewakang; akibat dari interaksi antara kompleksitas topografi (ambang, celah/selat) dan arus barotropic. ISW yang teridentifikasi pada tanggal 14 dan 15 Juli 2022 terjadi bersamaan dengan momen spring tide di Selat Ombai. Terdeteksinya ISW dari beberapa penelitian yang lalu dan dari Ekspedisi ini berada pada momen spring tide. (data diolah dan dianalisa awal oleh Pushidrosal dan Dr Adi Purwandana, Pusat Riset Oseanografi BRIN).